Site icon CARASCIENCE

Cerdas Bersikap dan Berfikir

Cerdas Bersikap dan Berfikir

Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan seseorang dalam merencanakan, memahami, dan mengaplikasikan.  David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi serah dengan tujuan, berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif.

Faktor yang mempengaruhi mempengaruhi kecerdasan (intellegen):

a. Pembawaan; kapasitas / batas kesanggupan.

b. Kematangan; telah mencapai kesanggupan menjalankan   fungsinya, erat kaitan dengan umur.

c. Pembentukan; pengaruh dari luar.

d. Minat.

e. Kebebasan; terutama dalam memecahkan masalah.

IQ (INTELLEGENCE QUOTIONT)

Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marten Pali, 1993).

CIRI KHAS IQ (INTELLEGENCE QUOTIEN):

 a. Logis

 b. Rasional

 c. Linier

 d. Sistematis

 

EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)

Emosi adalah letupan perasaan seseorang. Sedangkan kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah kejujuran kepada suara hati. Seseorang yang memiliki EQ tinggi adalah seseorang yang berempati, dapat mengungkapkan dan memahami perasaan, dapat mengendalikan amarah, mampu menyesuaikan diri serta menghormati satu sama lain dengan menjunjung tinggi hak-hak manusia.

SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)

Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Sedangkan kcerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001). Kecerdasan spiritual cenderung mengenai hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Kecerdasan ini lahir karena adanya kesadaran bahwa kesuksesan tidak dapat dicapai hanya dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi.

Orang yang memiliki SQ tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan, serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

CQ (CRETIVITY QUOTIENT)

KECERDASAN KREATIVITAS:

  • Potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya.
  • Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul.

Ciri-ciri kreatifitas menurut Guil Ford:

KELANCARAN: Kemampuan memproduksi banyak ide.

KELUWESAN: Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan pemecahan masalah.

KEASLIAN: Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinil sebagai hasil pemikiran sendiri.

PENGURAIAN: Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.

PERUMUSAN KEMBALI: Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.

AQ (ADVERSITY QUOTIENT)

  Kecerdasan dalam menghadapi masalah. Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.

  Stoltz memberikan gambaran melalui:

 a. AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti)

  Tingkatan AQ paling rendah yakni orang yang langsung menyerah ketika menghadapi kesulitan hidup. Orang yang tidak berikhtiar dan hanya berkeluh kesah menghadapi penderitaan kemiskinan dan lain-lain.

b. AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah)

  Campers adalah AQ tingkat bawah. Awalnya giat mendaki / berusaha menghadapi kesulitan hidup, ditengah perjalanan mudah merasa cukup dan mengakhiri pendakian atau usahanya. Contoh : orang yang sudah merasa cukup dengan menjadi sarjana, merasa sukses bila memiliki jabatan dan materi.

c. AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki)

Climbers adalah pendaki sejati. Orang yang seumur hidup mendaki mencari hakikat kehidupan menuju kemuliaan manusia dunia dan akhirat.

HUBUNGAN KECERDASAN DENGAN PROFESI

  Profesi menuntut seseorang atau sekelompok memiliki tingkat kecerdasan intelektual atau IQ yang tinggi untuk meningkatkan derajat ke tempat yang lebih tinggi dari yang lainnya, agar lebih mudah meraih kesuksesan. Namun pada kenyataannya tidak hanya IQ saja yang dibutuhkan. Masih ada rumpun-rumpun kecerdasan yang harus diperhatikan dalam membangun pribadi seorang pemegang profesi menjadi seorang yang profesional dalam menjalankan profesinya agar berkembang. Selain IQ, ada EQ (Emotioal Quotient) atau kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan emosional, kita justru akan lebih mendalami kecerdasan intelektual kita dalam berbuat dan berperilaku. Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas keluarga.

Selain IQ dan EQ, terdapat SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual. SQ cenderung diperlukan oleh setiap hamba Tuhan agar dapat berhubungan dengan Tuhannya. Inilah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu.

(Muhammad Rizka Arief Pratama)

…………. (bersambung)

Exit mobile version