Gerhana, Dua Teori Tentang Bumi

Kajian Mendalam Dari Sisi Agamis Dan Saintis

Salah satu sekian banyak tanda Kebesaran Tuhan, Alloh Subhanahu Wa ta’la adalah apa yang biasa disebut oleh kebanyakan orang adalah fenomena alam gerhana bulan. Padahal alampun yang luas ini dimana bulan berada didalamnya sebenarnya tunduk pada aturan dan kehendak-Nya.

Tanpa sadar berita gerhana bulan yang berdasarkan penelitian dan perhitungan ilmiah serta dikuatkan dengan bantuan tehnologi mutakhir akhirnya bisa memperkirakan dengan tepat (walaupun bisa saja meleset sedikit) dan telah menyatukan pendapat yang berbeda sehingga tentang waktu gerhana dapat diterima oleh siapapun walaupun oleh mereka yang menganut dua perbedaan teori yang sengit dengan pendapatnya dalam suasana kedamaian yaitu teori ilmiah Heliosentris yang meyakini bahwa bumi dan bulan, bulat, matahari, planet bergerak mengelilingi matahari dan rivalnya yaitu teori Geosentris yang berasumsi pada bentuk bumi datar dan beranggapan bahwa semua planet dan matahari mengelilingi bumi.

Tulisan berikut bukan untuk mempertentangkan dua teori diatas ataupun mempertentangkan Al Quran dengan sains atau  ilmu pengetahuan kalaupun ada kesamaan antara sains dengan Al Qurán maka ini membuktikan keajaiban dan kebenaran Al Qurán jauh sebelum terbukti oleh sains dan teknologi dan yang perlu diingat adalah lebih kepada mengajak bersikap bijak untuk menyimak memahami apa-apa yang berseberangan dengan pendapat atau keyakinan diri dan diharapkan pada mendapatkan kesimpulan akhir yang lebih kuat dan bisa diterima oleh logika dengan lapang dada dan berjiwa besar sehingga menyeluruh pandangannya dan tidak hanya satusudut saja setelah menelaah berbagai literasi dalam referensinya untuk menambah wawasan kita.

Sebagai catatan mari kita bedakan pendekatan yang dilakukan oleh para ulama dengan pendekatan yang dilakukan oleh para ahli fisika. Para ulama membahas, melalui pendekatan tafsir al-Quran dan sunah. yang bisa jadi berbeda dengan teori yang disampaikan fisikawan.

Dilain pihak, ahli fisika menggunakan pendekatan empiris untuk menemukan teori tentang tata surya. Yang bisa jadi juga berbeda dengan hasil kesimpulan para ulama dalam menafsirkan al-Quran dan hadis. Terutama realita yang ada di alam. Karena al-Quran dan sunah bukan kitab biologi atau kitab referensi ilmu pengetahuan alam secara detail dan menyeluruh.

Dari Thalhah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk mengawinkan kurma. Akibatnya gagal panen. Ketika berita ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, Ini hanya dugaan saya. Jika itu bermanfaat, silahkan lakukan. Saya manusia biasa seperti kalian, dugaannya bisa benar bisa salah. Namun apa yang aku sampaikan jika itu dari Allah, sama sekali saya tidak akan berdusta atas nama Allah. (HR. Ahmad 1399 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth). Dalam riwayat lain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR. Muslim, no. 2363)

Dalil di atas menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lebih tahu dibandingkan para sahabatnya tentang ilmu dunia (tehnologi) maka masalah dunia (alam semesta) dikembalikan kepada ahlinya (ilmuwan).

Masalah mengawinkan kurma, bukan ranah syariat. sehingga kembali kepada bukti empiris yang dimiliki manusia. Mari beri porsi yang pas dalam hal masalah ini sesuai pendekatannya.

  1. TEORI HELIOSENTRIS

Sebelumnya mari kita kaji tentang dua teori ini. Teori Heliosentris pertama kali disampaikan oleh Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutonibus Orbium Coelestium. Namun, teori ini sempat pada awalnya ditolak oleh gereja karena dianggap berbahaya. Orang kedua yang sangat terkenal yaitu seorang  Ilmuwan yang bernama Galileo Galilei ia juga ikut membuktikan teori tersebut. Melalui bukunya yang berjudul Dialog Astronomi, Galileo membuat pembaca percaya bahwa mataharilah sebagai pusat tata surya dialam semesta ini. Heliosentris atau Geosentris termasuk mengulang sejarah polemik, dan telah menelan korban. Sampai akhirnya beberapa tokoh yang menolak pendapat gereja roma waktu itu, harus di-guilatine (pancung) karena dianggap sesat.

Dikutip dari Sang-wook Park dalam bukunya bertajuk Why? Scientific Events, Galileo telah membuktikannya dengan penelitian teleskop.

Dari literasi sejarah Islam terdapat tokoh Ibn Al-Shaaṭir ia seorang tokoh yang memetakan gerakan planet-planet di ruang angkasa sampai teori heliosentris didirikan, sekitar 2 abad sebelum Nicolas Copernicus. Ibnu Al-Syaaṭir (1304 M – 1375 M) berhasil menulis beberapa buku seperti Nihaayat al-Suul Fi Tashih al-Usul serta menciptakan alat pendukung dalam astronomi dan ilmu Falak; astrolabe dan sundial yaitu sebuah jam matahari (perhitungan dengan matahari).

Ulama kontemporer Syaikh al-Albani berpendapat yang lebih tepat heliosentris karena dari penelitian empiris. Dalam tafsir surat yasin Allah menyebutkan beberapa tanda kekuasaan-Nya, ayat 33 – 36, berbicara tentang bumi, ayat 37 dan 38, tentang matahari, ayat 39 dan bagian awal ayat 40, Allah berbicara tentang bulan. Kemudin di akhir ayat 40, Allah berfirman,

وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Dan semuanya beredar di alam semesta. (QS. Yasin: 40). Beliau menyimpulkan, bahwa kata ‘semua’ lebih dekat jika kita berlakukan untuk bumi, matahari, dan bulan. Sehingga semuanya berputar. (Silsilah al-Huda wa an-Nur, volume 1/497)

Akhirnya teori Heliosentris setelah dicermati dibangun berdasarkan fakta ilmiah dan diakui secara akademis, karena dengan banyak bukti dan penelitian dengan teknologi mutakhir..

Sumber referensi lain bisa disimak penjelasan dari Ustaz Abdul Hakim bin Amir Abdat, hafidzahullah taála tentang bentuk bumi dalam suatu kajiaannya dihadapan jamaah,

dan ditinjau dari sisi bahasa arab dan penafsiaran ayat Al Qurán berkaitan dengan hal ini adalah apa yang dipaparkan dalam ceramah ilmiahnya oleh Dr. Zakir Naik berikut ini :

LUBANG HITAM

Dalam teori Heliosentris dan dalam teori fisika, matahari maupun bumi, keduanya bukan pusat alam semesta (universe).  Timbul lagi pertanyaan apakah matahari, planet beserta bulan juga mengelilingi suatu benda langit? Jawabannya adalah “ya”, matahari mengelilingi benda langit, tepatnya pusat galaksi yaitu lubang hitam atau Black hole.

Tak hanya matahari, semua sistem bintang juga bergerak mengelilingi pusat galaksi yaitu black hole. Kita berada di Galaksi Bimasakti adalah sebuah galaksi seperti spiral yang mempunyai lengan. Dan, ternyata matahari berada di salah satu lengan galaksi spiral ini.

Dan yang lebih fantastis di alam semesta ini ada banyak jutaan mungkin milyaran galaksi dengan sistem yang mirip dan mereka juga berputar, lalu siapa kita mahluk sekecil kuman di alam semesta yang sungguh tak pantas sombong.

2. Teori Geosentris

Claudius Ptolomeus, dari Yunani membuat teori Geosentris yang menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif terhadap bumi atau bumi merupakan pusat tata surya maka semua benda mengelilingi bumi. Selama hampir 1400 tahun lamanya teori ini dipercaya . Alasannya sangat mudah, jika kita memperhatikan benda-benda langit di sekitar kita, benda-benda tersebut tampak tengah bergerak mengelilingi bumi. Ilmuwan lain pendukung teori ini seperti, Socrates, Plato, Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Phytagoras.

Pada teori relativitas, tidak salah ketika kita menyatakan, “Menurut saya yang ada di bumi, matahari bergerak mengelilingi bumi.”

KIta pada saat di dalam mobil menyatakan, bahwa pohon yang ada di luar bergerak ke belakang padahal hakekatnya kita yang bergerak.

Massa matahari benar-benar jauh lebih besar dibandingkan bumi, maka fisikawan berkesimpulan, bumi tampak mengelilingi matahari. Karena benda akan mengelilingi pusat massanya.

Pada sebagian mengatakan, geosentris lebih benar. karena ini yang lebih sesuai al-Qur’an (makna tekstual al-Quran). Diantara ayat yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah,

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا

Matahari beredar di garis orbitnya. (QS. Yasin: 38)

Dan beberapa ayat lainnya. Padahal dalam teori diatas Heliosentris memang matahari juga bergerak tetapi mengelilingi pusat galaksi. Namun teori Geosentris ini juga merupakan pendapat Lajnah Daimah, sebagaimana dinyatakan dalam fatwa no. 18647, 9247, dan 15255. Dan bahkan mewajibkan siapapun untuk meninggalkan teori Heliosetris, alasannya karena itu hanya teori dan tidak sesuai dengan makna teks al-Quran. Yang sependapat dalam hal ini adalah Syaikh Ibnu Utsaimin. (Kutub wa Rasail Ibnu Utsaimin, VI/102/21). 

Terkait dengan teori ini adalah teori bumi datar. Simak video berikut ini tentang cerita muasal bumi datar :

Untuk lebih meyakinkan belum lama ini ada pembuktian bahwa bumi ini datar tentu saja yang pertama dengan mata telanjang dan sekarang didukung juga oleh teknologi yang ada pada penganut Flat Earth (bumi datar), simak videonya dibawah ini:

Lebih lanjut ternyata dengan mata dan sedikit berfikir Dr. Zakir Naik pada saat debat dengan Dr. William Campbell mengajak untuk kritis dengan keadaan lingkungan dan konsep bumi datar, lebih jauh simak video berikut ini :

Kemudian di tahun 2018 tepatnya 31 Januari dalam berita di CNN Indonesia Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengajak penganut kepercayaan Bumi datar untuk menyaksikan fenomena gerhana bulan total (GBT) . Pada fenomena itu, penganut kepercayaan bumi datar ini akan melihat bagaimana bentuk bumi yang terpantul melalui bayangannya di permukaan bulan.

“Gerhana bulan ini adalah saat yang tepat untuk membuktikan bumi bulat karena ketika purnama tergelapi maka akan terlihat bayangan. Bayangan yang menggelapi itu adalah bayangan bumi. Jadi kelengkungan bayangan di permukaan bulan ketika proses gerhana itu menunjukkan bumi yg bulat,” kata Djamal melalui sambungan telepon.

Beliau juga melanjutkan bahwa argumen penganut bumi datar terkait fenomena gerhana bulan diakibatkan obyek tak dikenal sangat tidak masuk akal. Dengan mata telanjang kita bisa menatap gerhana bulan yang tertutup bulat hitam yang merupakan bayangan bumi. Dan sebenarnya banyak hal atau informasi yang dipercaya orang dan terjadi tepat hampir 100% menggunakan perhitungan teori Heliosentris atau bumi bulat seperti perhitungan navigasi pesawat, siang dan malam, pembagian waktu, gerhana, jarak dan rute satelit juga dengan ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan dari teori Geosentris tidak didapatkan pemaparan tentang peristiwa-peristiwa dengan perhitungannya sesuai perkembangan zaman ini.  Kembali ke gerhana bulan sebagai contoh teori ilmiahnya kok bisa terjadi bagaimana teorinya menurut pijakan Teori Heliosentris simak dan pelajari gambar diawal pembahasan ini.

Sebagai penutup maka kita coba ingat beberapa sabda dari manusia terbaik dan terjujur tentang alam semesta dan menyikapi sesuai arahan yang terbaik dalam masalah ilmu dunia dan alam semesta maka disitu ada rujukannya yaitu mereka yang ahli dibidangnya yaitu para ilmuwan.

Namun dalam hal perbedaan masalah duniawi perlu bersikap tepat dengan tidak meninggalkan keilmiahan dan mencoba untuk terus mengkaji lebih dalam lagi serta tetap bersikap lapang dada. (Dari berbagai sumber)